Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2019
…
7 pages
1 file
Pariwisata merupakan salah satu bentuk pendapatan kota. Dalam usaha menarik turis, banyak cara dilakukan untuk meningkatkan pesona destinasi wisata. Walaupun begitu, tujuan wisata tidak dapat berdiri dengan sendirinya, infrastruktur pendukung kegiatan wisata masih diperlukan untuk memenuhi kebutuhan turis yang datang ke kota. Kawasan kota lama semarang adalah contoh kasus yang baik untuk penelitian ini, sebagai warisan sejarah kolonial Belanda yang terletak tak jauh dari pusat kota. Sebagai warisan sejarah, Kota Lama harus menjaga citra kolonial belanda di dalam kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi Kota Lama Semarang dalam rangka mengembangkan pariwisata. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana peniliti mencoba menafsirkan fenomena yang ada menurut persepektif peneliti. Merawat kondisi bangunan kota tua tidak mudah mengingat konstruksi bangunan yang sudah tua. Namun, dengan dijadikannya Kota Lama sebagai kawasan warisan sejarah mampu memberikan kes...
2014
Building attribute is one of the main attractiveness of historical-culture tourism. The condition of building, however, is a serious problem for tourism attractiveness. The study aims to analyze the gap between expectation and perception toward building condition of historical-culture tourism at Old City of Semarang. It could be beneficial for understanding an urgency aspect of building condition for historical-culture tourists at Old City of Semarang. The FGD was intended to map essential attributes of building at Old City of Semarang and to identify the gaps with questionnaires. The results of the study show that the amount of important factors was associated with solution to the problem of at Old City of Semarang. The analysis focus on building shows the limited study; therefore, it is necessary to develop a further research of historical-culture tourism in the future.
Andharupa: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia, 2020
Kota Semarang yang membidik sektor pariwisata, berupaya menampilkan identitas ikon kota yang lebih variatif tidak hanya Tugumuda dan Lawang Sewu. Kawasan Kota lama Semarang adalah salah satu prioritas. Instagram adalah media pilihan untuk kegiatan sosialisasi ikon kota dengan target bidik anak muda. Akun instagram @disbudparkotasemarang adalah akun resmi dinas kebudayaan Kota Semarang yang mengelola urusan wisata di kota ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas jumlah postingan, gambar yang diunggah, pesan captions yang ditulis mampu mempengaruhi benak khalayak demikian juga pada media Instagram. Teori Agenda Setting mengemukakan bahwa isi media dapat dibingkai oleh pengelola untuk tujuan yang diinginkan dengan pendekatan persuasif. Tujuannya ingin mengetahui isi unggahan, intensitas identitas ikon bangunan kawasan Kota lama yang kerap ditampilkan, teknik penulisan captions pada akun instagram @disbudparkotasemarang yang erat hubungannya dengan komunikasi persuasif untuk menarik kunjungan. Pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode analisis isi atas unggahan yang diamati. Hasilnya adalah Gereja Blenduk merupakan ikon bangunan yang sering diunggah yaitu 60 kali unggahan. Tahun 2019 adalah tahun paling banyak menampilkan postingan terkait kota lama sebanyak 54 postingan. Unggahan foto pada 30 Desember 2019 paling banyak banyak disuka orang, terdapat 947 Likes. Teknik penulisan persuasif dengan pendekatan teknik tataan adalah teknik penulisan captions yang sering digunakan.
Kawasan Kota Lama Semarang merupakan cikal bakal terbentuknya Kota Semarang, yang memiliki nilai sejarah yang tinggi dan kekhasan kawasan dilihat dari aspek fisiknya. Pergeseran fungsi kawasan dari pusat pemerintahan pada masa kolonial Belanda menjadi kawasan mati saat ini merupakan hal yang melatarbekalangi studi ini. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik fisik (guna lahan, bangunan kuno, sirkulasi dan parkir, serta ruang terbuka) dan non fisik (sosial, ekonomi, budaya, hukum, konsep rencana, organisasi serta pendanaan) yang membentuk kawasan Kota Lama, serta mengevaluasi kinerja kegiatan pelestarian yang telah dilaksanakan di kawasan tersebut. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif untuk mengetahui karakteristik fisik dan non fisik kawasan Kota Lama; dan metode evaluatif untuk mengevaluasi kinerja kegiatan pelestarian dengan importance performance analysis dan penilaian makna kultural. Hasil studi menunjukkan bahwa kinerja pelestarian yang harus diprioritaskan dalam penanganannya adalah sirkulasi dan parkir serta ruang terbuka (fisik), dan sosial, ekonomi, budaya, hukum, organisasi serta pendanaan (non fisik). Bangunan kuno yang termasuk potensial tinggi berjumlah 20 bangunan, potensial sedang berjumlah 24 bangunan, dan potensial rendah berjumlah 49 bangunan.
MODUL, 2017
Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah dan juga termasuk dalam kategori kota besar di Indonesia, memiliki ketiga aspek utama dari pengembangan kota berkelanjutan. Konservasi kawasan bersejarah yang termasuk dalam ikon pariwisata, dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah yang menjanjikan dan menjadi fokus utama pengembangannya. Kota Semarang sendiri memiliki beberapa kawasan yang strategis untuk di konservasi keberadaannya seperti Kota Lama, daerah Pecinan, Pasar Johar, dan Kampung Sekayu. Konservasi kawasan dilakukan untuk memberikan perlindungan kawasan bersejarah termasuk isi di dalamnya agar perkembangannya terkendali dan tidak tergusur oleh pembangunan dan modernisasi.Kota Semarang terbentuk melalui perjalanan sejarah panjang dan unik, yang ditandai dengan berbagai peninggalan sejarah utamanya gedung dan bangunan kuno. Bertolak dari hal ini, kiranya diperlukan suatu konsep pemikiran yang komprehensif untuk menangani mutiara-mutiara yang ada di...
Pada waktu itu, asal mula sejarah terbentuknya kota di Indonesia banyak dipengaruhi oleh kepentingan pemerintah kolonial Belanda, dan kemudian, pemerintah kolonial membentuk pusat pemerintahan yang bercirikan 'Indisch'. Dengan masuknya bangsa Belanda, maka struktur kota mengalami intervensi fisik antara lain berupa pemetaan kawasan kota dengan dasar politik segregasi etnik Eropa, Asia, dan pribumi, tempat masing-masing kawasan dikembangkan , dan pengelompokkan bangunan berdasarkan jenisnya (Handinoto & Soehargo, 1986). Sejarah Kota Malang dimulai sejak jaman kerajaan Kanjuruhan dan Singosari, yaitu berkembang dari sebuah kerajaan yang berpusat di kawasan Dinoyo. Menurut van Schaik dalam Awal (2002:1), sebelum zaman VOC di antara gunung Kawi dan Semeru terdapat kerajaan-kerajaan Hindu, tanahnya sangat subur dengan banyak kali-kali dan ditikungan kali Brantas terdapat permukiman yang kemungkinan besar sekarang inti dari Kota Malang. Pada abad ke-19, Kota Lama Malang berbentuk seperti segi panjang, dengan batas kota menyusuri tebing kali Brantas di sebelah utara yang tidak begitu teratur, dan sejumlah struktur jalan yang saling menyilang dengan tegak lurus. Di wilayah yang dibatasi oleh pinggiran kota yang terjal, Malang mempunyai luas sekitar 100 Ha, sebuah wilayah yang cukup besar (Gill dalam Handinoto, 2004:21). Pada tahun 1824, Pemerintah Belanda menetapkan Karesidenan Malang. Bersamaan dengan itu, dibangun kantor-kantor pemerintah dan daerah, permukiman untuk pegawai-pegawai pemerintah di daerah alun-alun, Terminal Patimura, dan sekitarnya. Kemudian Herman Thomas Karsten meletakkan kaidah-kaidah berkenaan dengan pengembangan bangunan yang berciri tropis dan perencanaan kota yang berkesan santun terhadap budaya lokal, sama seperti Maclaine Pont yang memiliki perhatian besar terhadap penduduk pribumi dan kebudayaan setempat dengan kebudayaan Eropa (Sumalyo, 1993). Dengan adanya perkembangan dan kondisi alam serta udaranya yang nyaman, maka Kota Malang dikembangkan sebagai daerah peristirahatan bagi orang-orang Belanda dan kaum ningrat Jawa. Campur tangan pemerintah kolonial Belanda dalam hal penentu kebijakan perkembangan kota, terutama di Jawa mulai kelihatan sangat intensif, setelah selesainya perang Jawa (1824-1830). (Handinoto, 2004:20) Gagasan Karsten yang tertuang, antara lain mengikut sertakan elemen kota tradisional ke dalam pemikiran Eropa dengan bentuk tradisional sebagai latarnya. Perlu ditekankan, bahwa Karsten memang punya peran sangat dominant pada proses perkembangan kota di Indonesia setelah tahun 1915 (Bogaers dalam Handinoto, 2004:20). Di beberapa kawasan Kota Malang masih banyak terdapat beberapa bangunan kunobersejarah yang memiliki nilai arsitektur dan sejarah, antara lain di kawasan yang menggunakan nama jalan gunung-gunung (Bergenbuurt), kawasan yang menggunakan nama jalan pahlawan-pahlawan(Orangebuurt), kawasan yang menggunakan nama jalan pulaupulau (Eilandenbuurt), kawasan Splendid, kawasan alun-alun, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pelestarian bangunan kuno-bersejarah di kawasan-kawasan yang terdapat di Kota Malang merupakan langkah yang sangat tepat untuk dilaksanakan. Pelestarian bangunan mempunyai tujuan untuk menyelamatkan kelestarian objek yang masih bertahan sampai saat ini. Di samping itu, pelestarian diharapkan juga dapat meningkatkan mutu lingkungan dan kawasan sekitar, yaitu meningkatkan taraf hidup masyarakat serta dapat menjadi wahana
MODUL, 2017
Kawasan kota lama Semarang merupakan kawasan konservasi yang dipertahankan keasliannya olehpemerintah kota Semarang. Kawasan kota lama Semarang merupakan pusat perdagangan pada abad ke 19-20.Karena merupakan kawasan peninggalan pada masa belanda, maka bangunan yang ada dikawasan ini bergayakolonial. Namun seiring berkembangnya kota Semarang, kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi inimulai ditinggalkan, sehingga menjadi kawasan mati. kawasan kota lama yang masih aktif hanya seperempatnya,sisanya berupa bangunan kosong/gudang
Prosiding Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ, 2020
Dalam buku yang berjudul Finding Lost Space, Roger Trancik mengemukakan pendapatnya mengenai teori yang sering disebut sebagai teori perancangan kota dan terdiri dari 3 hal yaitu figure ground, linkage, dan place. Figure ground digunakan untuk menggambarkan hubungan antara bentuk terbangun (solid) dan ruang terbuka (void). Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan elemen solid dan void pada struktur kota lama bersejarah dengan mengambil kasus Kota Lama Kudus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif interpretatif yang dilakukan dalam 2 tahap analisis yaitu identifikasi elemen solid dan void, dilanjutkan dengan interpretasi solid dan void tersebut pada perubahan struktur kota lama bersejarah. Kesimpulan yang di dapatkan dari penelitian ini adalah, adanya solid berupa blok tunggal pada rumah kilungan, serta blok mendefinisi sisi pada rumah yang berubah menjadi area komersil di sepanjang Jl Menara Kudus. Sedangkan void berupa bentuk tertutup linier pada jalan/gang di area permukiman, bentuk tertutup memusat terdapat di halaman rumah kilungan, bentuk terbuka sentral berupa pusat kota lama Kudus. Sedangkan bentuk terbuka linier terdapat pada sungai yang memisahkan antara kota Lama dengan kota baru yaitu kaligelis. Berdasarkan data tersebut diinterpretasikan bahwa untuk pusat kota Lama Kudus, tidak mengalami perubahan dalam hal struktur kota. Sedangkan untuk area sekitar pusat Kota Lama Kudus, mengalami perubahan terutama pada bagian sekitar Menara Kudus yang banyak digunakan sebagai area komersil. Namun dapat diinterpretasikan bahwa perubahan ini hanya berkaitan dengan fungsi namun tidak merubah struktur Kota Lama yang ada.
2018
Kawasan Kota Lama Semarang merupakan kawasan historis yang menjadi inti pertumbuhan Kota dan berkembang melalui tiga fase dalam sejarahnya. Seiring berjalannya waktu, Kawasan Kota Lama semakin mengalami penuruna karakter namum upaya untuk menjadikan Kota Lama Semarang sebagai world heritage pada tahun 2020 membuat banyaknya perubahan karakteristik dan dapat mengubah wajah Kawasan Kota Lama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor perubahan karakteristik Kota Lama Semarang sebagai kawasan historis dan dapat dijadikan sebagai dasar upaya pelestarian kawasan. Perubahan karakteristik fisik di Kawasan Kota Lama yaitu adanya perubahan pemanfaatan serta pola penggunaan lahan, konfigurasi dan tampilan bentuk dan massa bangunan, perubahan sirkulasi yaitu peningkatan arus lalu lintas di kawasan yang semakin padat dan adanya perbaikan jalan di sebagian ruas jalan, selain itu adanya perubahan berupa penambahan area pejalan kaki dan ruang terbuka serta adanya pengurangan aktivi...
Jurnal Rekayasa Hijau, 2018
ABSTRAKKawasan Kota Lama Semarang pada zaman dahulu merupakan sebuah benteng yang dibangun oleh Kolonial. Perkembangan masa kini beralih menjadi sebuah kawasan dengan beragam fungsi dan memiliki nilai arsitektural yang dikatakan sebagai kawasan cagar budaya. Koridor jalan Letjen Soeprapto merupakan salah satu koridor utama yang memiliki tatanan bangunan yang khas dengan kuantitas yang cukup banyak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rancangan koridor jalan Letjen Suprapto di Kawasan Kota Lama Semarang ditinjau dari potensi wisata edukasi arsitektur heritage. Pendekatan penelitian menggunakan kualitatif dengan studi kasus. Pengambilan data melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Metoda analisis digunakan dengan metode deskripsi. Hasil kesimpulan terlihat pemerintah kota Semarang telah melihat potensi wisata yang ada pada Kota Lama Semarang dengan menjadikan “world destination”. Koridor Jl. Letjen Soeprapto dirancang sebagai zona 1-culture sebagai pusat informasi kawasa...
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Review of Urbanism and Architectural Studies
JURNAL KAJIAN PARIWISATA DAN BISNIS PERHOTELAN
Seminar Nasional Dies 45 Universitas Kristen Petra, 2012
Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 2019
Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Penjaminan Mutu Pendidikan Institut Teknologi Sumatera (ITERA), 2021
Jurnal RISA (Riset Arsitektur), 2022
JURNAL SANGKAREANG MATARAM, 2018
Jurnal Rekayasa Hijau
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif
Jurnal Arsitektur Lansekap, 1970
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)
Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia 6, 2017